Jumat, 06 April 2012

Tugas FHD1 Dhini




FOUR HANDED DENTISTRY

ERGONOMI KERJA






OLEH :
BAIQ WAHYU SKARDINI









PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul.

Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua piha dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.

Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Dental ergonomi juga bertujuan untuk memberikan keselesaan kepada dokter gigi saat bekerja. Dokter gigi mungkin menderita musculoskeletal disorder yang berhubungan dengan kerja atau work-related musculoskeletal disorder (WMSDs).



DENTAL ERGONOMI

A.    DEFINISI
Dalam bahasa Yunani, "Ergo," berarti kerja dan "Nomos," berarti hukum-hukum alam atau sistem. Ergonomi, karena itu, adalah ilmu terapan yang bersangkutan dengan merancang produk dan prosedur untuk efisiensi maksimum dan keselamatan. Ergonomi memodifikasi alat dan tugas untuk memenuhi kebutuhan orang-orang, daripada memaksa orang untuk mengakomodasi tugas atau alat.
Ergonomi juga merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Ergonomi juga merupakan sains yang berhubungan dengan interaksi antara manusia dengan lingkungan kerja mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.
Oleh itu, dental ergonomi merupakan pengetahuan yang mempelajari tentang operator dan linkungan pekerjaannya agar tidak menimbulkan kelelahan, ketakutan dan kebosanan pasien. dental ergonomi juga termasuk desain kursi yang khusus khas untuk dokter gigi agar postur badan yang neutral tetap dapat dipertahankan.

B.     SEJARAH ERGONOMI
Ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Beberapa kejadian penting diilustrasikan sebagai berikut:

1.      C.T. Thackrah, England, 1831
Trackrah adalah seorang dokter dari Inggris/England yang meneruskan pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan oleh para operator di tempat kerjanya. Ia mengamati postur tubuh pada saat bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu Trackrah mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi-meja yang kurang sesuai secara antropometri, serta pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga mengakibatkan menbungkuknya badan dan iritasi indera penglihatan.

2.      F.W. Taylor, U.S.A., 1989
Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan metoda ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan.

3.      F.B. Gilbreth, U.S.A., 1911
Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini lebih mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam bukunya Motion Study yang diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukkan bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem meja yang dapat diatur turun-naik (adjustable).

4.      Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatigue Research Board), England, 1918
Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik amunisi pada Perang Dunia Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang menurun.

5.      Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933
Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu Perusahaan Listrik. Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variabel fisik seperti pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor efisiensi dari para operator kerja pada unit perakitan.

6.      Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A.
Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang secara cepat (seperti misalnya pesawat terbang). Masalah yang ada pada saat itu adalah penempatan dan identifikasi utnuk pengendali pesawat terbang, efektivitas alat peraga (display), handel pembuka, ketidak-nyamanan karena terlalu panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk suasana kerja yang terlalu panas atau terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator.

7.      Pembentukan Kelompok Ergonomi
Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (the Ergonomics Research Society) di England pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang telah banyak berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal (majalah ilmiah) pertama dalam bidang Ergonomi pada Nopember 1957. Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics Association) terbentuk pada 1957, dan The Human Factors Society di Amerika pada tahun yang sama.
Diketahui pula bahwa Konperensi Ergonomi Australia yang pertama diselenggarakan pada tahun 1964, dan hal ini mencetuskan terbentuknya Masyarakat Ergonomi Australia dan New Zealand (The Ergonomics Society of Australian and New Zealand).

C.    TUJUAN ERGONOMI
1.      Untuk mendapatkan hasil yang optimal pada pekerjaan dokter gigi. hal ini dapat dicapai dengan mengausai pengetahuan dan teknik kerja.
2.      Menghemat waktu. Dengan menguasai urutan kerja dan prosedur, dokter gigi dapat berkerja secara efisien dan cepat tanpa ragu-ragu dan ini dapat menghematkan waktu dalam perawatan.
3.      Untuk bekerja secara efisien. Efisiensi kerja dapat ditingkatkan dengan cara meletakkan peralatan dan bahan disusun secara berurutan dengan tahap prosedur kerja yang dilakukan. Supaya dokter gigi dapat bekerja dengan nyaman. Hal ini dapat dicapai dengan cara meletakkan dental chair, meja peralata, lampu serta posisi operator dan asistennya.
4.      Untuk mendapatkan kepercayaan dari pasien. kerja yang efisien dan kenyamanan pasien akan memberikan rasa kepercayaan pasien kepada dokter gigi dan membina hubungan yang positif antara pasien dengan dokter gigi.

D.    PRINSIP ERGONOMI
1.      Eliminate yaitu mengurangi alat-alat dan gerakan yang tidak perlu
2.      Combine yaitu mengabungkan dua alat atau gerakan yang lebih
3.      Rearrange yaitu mempersiapkan alat-alat, prosedur dan jadwal yang baik
4.      Simplify yaitu menyederhanakan alat-alat dan prosedur

E.     METODE ERGONOMI
1.      Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2.      Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
3.      Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.



F.     FAKTOR RESIKO ERGONOMI DALAM KEDOKTERAN GIGI
Dental ergonomi juga bertujuan untuk memberikan keluasaan kepada dokter gigi saat bekerja. dokter gigi mungkin menderita musculoskeletal disorder yang berhubungan dengan kerja atau work-related musculoskeletal disorder (WMSDs). Tanda dan gejala dari WMSD adalah:
1.      Leher sakit pada waktu malam
2.      Punggung berasa kaku pada waktu pagi
3.      Pergelangan tangan sakit
4.      Rasa kebas pada jari
Salah satu tipe WMSD adalah Sindrom Karpal Tunnel. Sindrom ini terjadi akibat kompresi pada nervus median yang bermula dari pleksus brachial yang menginervasi jari tangan. Etiologi dari sindrom ini adalah pergerakan yang berulang atau aspek lain dari postur tubuh yang kurang baik. oleh itu, ergonomi penting dalam mempertahankan postur badan yang neutral ketika operator duduk pada praktek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi neutral adalah sedikit lebih kurang dari 90˚ untuk kepala, tubuh, lengan dan paha yang merupakan posisi yang paling baik.
Gambar 1: menunjukkan bagian pada tangan yang diinervasi pleksus branchial yang akan terpengaruh apabila menderita Sindrom Karpal Tunnel
Gambar 2: menunjukkan proses injuri sel syaraf pada Sindrom Karpal Tunnel
 


















Untuk bagian Leher dan Bahu. Resiko dapat terjadi karena gerakan leher dan lengan berulang terus menerus dan gerakan tangan yang mempengaruhi leher dan bahu berhubungan dengan WMSDs pada leher.
Rasa sakit dan ketidaknyamanan pada bagian belakang bawah berkaitan dengan perawatan gigi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa postur duduk yang baik berkorelasi negatif dengan nyeri punggung. Lebih dari 80% dokter gigi yang memilih posisi duduk dilaporkan lebih sering mengalami sakit punggung, dibandingkan mereka yang lebih sering memilih posisi berdiri.
Untuk faktor psikososial, Dokter Gigi yang pekerjaannya berhubungan dengan WMSDs menunjukkan kecenderungan yang signifikan untuk merasa tidak puas di tempat kerja dan lebih terbebani oleh kecemasan dan merasa kurang percaya diri dengan pekerjaan  mereka kedepan.

G.    PENCEGAHAN WMSDs PADA DOKTER GIGI
Masalah ergonomi dalam kedokteran gigi dapat dikurangi dengan menerapkan berbagai strategi. Dokter gigi juga harus melakukan latihan khusus untuk bagasi dan korset bahu untuk meningkatkan kesehatan dan integritas dari kolom tulang belakang; latihan peregangan untuk tangan dan kepala & leher; mempertahankan postur kerja yang baik; mengoptimalkan fungsi lengan dan tangan, dan mencegah cedera. Latihan berikut ini dapat dipraktekkan dan dilakukan oleh dokter gigi secara teratur untuk mencegah WMSDs.

1.      Latihan Penguatan Tubuh
Dalam posisi duduk, memanjangkan satu kaki ke depan; tekuk dan regangkan tangan sejauh mungkin tanpa menekuk lutut (Gambar 3a); ulangi dengan kaki lainnya. Regangkan satu kaki dan menempatkan kaki lainnya selama kaki membentang; berbalik sejauh mungkin tanpa mengubah posisi kaki (Gambar 3b); ulangi pada sisi yang lain.
Gambar 3a
Gambar 3b
 










2.      Latihan Tangan
Perlahan-lahan membuka dan menutup tangan dari posisi benar-benar terbuka (Gambar 4a), untuk posisi benar-benar tertutup (Gambar 4b), yang berakhir dengan jari-jari Anda dimasukkan ke telapak tangan; tekan telapak tangan Anda bersama-sama dan kemudian regangkan kembali (Gambar 4c) ; tarik perlahan dan rilekskan setiap jari pada setiap tangan secara terpisah (Gambar 4d); silangkan pergelangan kemudian dengan lembut dan rilekskan (Gambar 4e).
Gambar 4b
Gambar 4e
Gambar 4d
Gambar 4c
Gambar 4a
 
















3.      Leher Latihan
Lemaskan bahu dan menyelipkan dagu ke leher (Gambar 5a), kemudian mengangkat bagian belakang kepala (Gambar 5b); kepala miring ke samping seolah-olah mencoba menyentuh telinga ke bahu (Gambar 5c); ulangi pada sisi lain.
Gambar 5c
Gambar 5b
Gambar 5a
 








4.      Latihan Punggung
Santaikan leher, condongkan badan ke bawah perlahan-lahan lalu biarkan lengan dan kepala jatuh di antara kaki (Gambar 6a); diamkan untuk sementara waktu; mengangkat perlahan hingga otot perut berkontraksi dan condongkan badan ke belakang secara msksimal (Gambar 6b).
Gambar 6a
Gambar 6b
 



















5.      Latihan Bahu
Angkat bahu ke arah telinga dan memutar searah jarum jam dan kemudian dalam arah berlawanan jarum jam (Gambar 7) .







Gambar 7
 


H.    BAGIAN-BAGIAN ERGONOMI

1.      Visual Ergonomi
Surgical loupe yang dapat disesuaikan sudut deklinasi mata dapat memberikan postur leher yang baik dan sebagai pembantu visual. Apabila prosedur yang dikerjakan berubah, sudut deklinasi dapat disesuaikan untuk mengakomodasi operator. Kemampuan untuk menyesuaikan sudut deklinasi menghindari kesakitan mata, leher dan punggung. Kebanyakan dokter gigi mengatakan bahwa tidak membutuhkan magnifikasi (pembesaran) karena penglihatan mereka baik. tetapi, dengan penglihatan yang baik, kita cenderung untuk membengkok bila melihat objek yang kecil sehingga dapat menyebabkan postur tubuh yang kurang baik. Sehingga illuminasi harus sejajar dengan garis penglihatan operator.
Gambar 8: menunjukkan kepentingan menggunakan surgical loupes. Apabila melihat objek yang kecil, operator cenderung untuk membengkok ke depan dan menyebabkan rasa sakit pada punggung
 











2.      Cara Duduk dan Desain Kursi
Apabila medulla spinalis tidak dipertahankan pada kurva yang aslinya, mungkin akan terjadinya sakit pada bagian bawah punggung, leher dan bahu. cara duduk dengan sudut pada sendi paha kurang lebih 45˚ dan paha dalam posisi yang abduksi dapat mengeliminasi kebanyakan risiko musculoskeletal disorder yang berhubungan dengan waktu duduk yang lama. Pelvis harus pada keadaan yang stable dengan orientasi yang tegak untuk mempertahankan kurva spinalis yang neutral. Telapak kaki harus rata pada lantai dan paha dalam keadaan terdukung dan memberikan dukungan kepada tubuh. Hal ini dapat menghindari hambatan terhadap sirkulasi darah ke kaki dan telapak kaki.
Kursi saddle dapat memberikan posisi yang tegak ketika operator duduk. Desain dari kursi saddle dapat mempertahankan medulla spinalis pada susunan yang benar sehingga rasa sakit pada punggung dapat dikurangi dengan tekanan yang minimal pada diskus vertebra.
Gambar 9: menunjukkan desains dari kursi untuk operator yang dapat memberikan posisi yang tegak ketika operator duduk agar medulla spinalis dapat dipertahankan dalam posisi yang neutral
1.      Ketika melihat lurus ke depan, garis pandang membentuk garis horizontal
2.      Ketika bekerja dengan ketepatan yang tinggi, garis pandang membentuk sudut 800 dari garis horizontal
3.      Paha sedikit menurun dan kaki bagian bawah di posisi vertikal
 























3.      Cara Memegang Instrument
Cara memegang instrumen tangan atau instrumen rotatori adalah modified pen grasp. Cara alat \dipegang adalah dengan menggunakan jari tengah, jari telunjuk, dan ibu jari. Jari telunjuk dan ibu jari berada berdekatan dengan gagang alat pada sisi yang berseberangan, sedangkan jari tengah berada di atas leher alat. Jari telunjuk ditekuk pada ruas kedua dan berada di atas jari tengah pada sisi yang sama dari alat. Ibu jari ditempatkan di antara telunjuk dan jari tengah pada sisi yang berseberangan. Dengan posisi ketiga jari yang demikian didapatkan efek tripod yang akan mencegah terputarnya alat secara tak terkontrol pada waktu tekanan dilepaskan sewaktu instrumentasi. Selain itu, keuntungan dari cara pemegangan instrumen ini adalah dimungkinkan sensasi taktil oleh jari tengah yang diletakkan di atas leher alat
 








4.      Tumpuan dan Sandaran Jari
Tumpuan dan sandaran jari adalah menunjukkan penempatan jari manis dari tangan yang memegang alat baik secara intra-oral atau ekstra oral untuk dapat mengkontrol kerja alat dengan lebih baik. sandaran jari digunakan untuk memperbesarkan aksi instrumen dan dengan memperbesarkan instrumen akan menjadi pengungkit. Dengan cara demikian, aplikasi tekanan akan bertambah baik dan stabilisasi alat semakin terjamin. Pergelangan tangan dan lengan operator berperan sebagai tuas yang merupakan suatu kesatuan dengan tumpuan. Sandaran jari bisa intra oral atau ekstra oral. Sandaran intra oral berupa;
a)      Konvensional. Jari manis bersandar pada permukaan gigi tetangga dari gigi yang diinstrumentasi. Cara ini paling sering digunakan.
b)      Berseberangan. Jari manis bersandar pada permukaan gigi yang berseberangan pada lengkung rahang yang sama.
c)      Berlawanan. Jari manis bersandar pada permukaan gigi di lengkung rahang yang berlawanan.
d)     Jari di atas jari. Jari manis bersandar di atas telunjuk ibu jari tangan yang tidak bekerja.


Gerak Pergelangan Tangan dan Lengan
Pada waktu instrumentasi, pergelangan tangan dan lengan bawah harus menyatu dengan alat dan tumpun supaya pekerjaan dapat dilakukan secara efisien. Gerakan pergelangan tangan dan lengan haruslah mulus dan efisien. kadang-kadang pergelangan tangan terpaksa ditekukkan, namun otot-otot telapak tangan dan lengan bawah meregang dan bergerak sebagai satu unit. Instrumentasi dengan menekukkan pergelangan tangan atau dengan gerak jari ke atas dan ke bawah akan menyebabkan cepat lelah dan instrumentasi tidak efektif. Selain itu, instrumentasi dengan menekukkan pergelangan tangan atau gerak jari saja akan menyebabkan Sindrom Karpal Tunnel dan inflamasi pada ligamen dan saraf pergelangan tangan.

5.      Posisi Pasien
Posisi pasien mempengaruhi kemampuan operator untuk bekerja secara nyaman dan efisien. untuk instrumentasi, kursi dental ditidurkan agar pasien bersandar pada posisi telantang dengan kepala terdukung. Kursi diatur sehingga pasien hampir sejajar dengan lantai dan punggung kursi sedikit dinaikkan. Kepala pasien harus berada dekat puncak sandaran kursi. Posisi pasien pada perawatan kwandran kiri dan kanan rahang atas harus sehorizontal mungkin. Manakala perawatan pada kwandran kiri rahang bawah, pasien harus berbaring di krusi dengan posisisandaran krusi 30˚ dari bidang horizontal. Untuk kwandran rahang bawah, pasien harus berbaring dengan sudut 40˚ dari bidang horizontal.
Gambar 11: menunjukkan posisi pasien pada perawatan kwandran kiri dan kanan rahang atas yang berbaring sehorizontal mungkin
Gambar 12: menunjukkan posisi pasien yang berbaring 30˚ terhadap bidang horizontal pada perawatan kwadran kiri rahang bawah.
 















Gambar 13:  menunjukkan posisi pasien yang berbaring dengan sudut 40˚ terhadap bidang horizontal pada perawatan kwandran kanan rahang bawah.
 






Posisi operator bervariasi tergantung pada sisi mana instrumentasi dilakukan. Posisi operator dikaitakan dengan arah jarum jam. Posisi pukul 8 12 adalah posisi bagi operator normal, sedangkan posisi pukul 12 4 adalah posisi bagi operator kidal. Tabel di bawah menunjukkan posisi operator yang bukan kidal pada waktu melakukan perawatan pada pasien.
Rahang
Sisi
Posisi
Maksila
Labial anterior
8.00 – 9.00 atau 11.00 – 12.00
Palatal anterior
8.00 – 9.00 atau 11.00 – 12.00
Bukal kanan
9.00
Palatal kanan
9.00 – 11.00
Bukal kiri
9.00 – 11.00
Palatal kiri
9.00
Mandibula
Labial anterior
8.00 – 9.00
Lingual anterior
11.00 – 12.00
Bukal kanan
8.00 – 9.00
Lingual kanan
9.00 – 11.00
Bukal kiri
9.00 – 11.00
Lingual kiri
8.00 – 9.00
Clock Concept
















 


















Dalam konsep Four Handed Dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja disekitar. Dental Unit yang disebut Clock Concept. Bila kepala pasien dijadikan pusat dan jam 12 terletak tepat di belakang kepala pasien, maka arah jam 11 sampai jam 2 disebut Static Zone, arah jam 2 sampai jam 4 disebut Assisten’s Zone,arah jam 4 sampai jam 8 disebut Transfer Zone. Kemudian dari arah jam 8 sampai jam 11 disebut Operator’s Zone sebagai tempat pergerakan dokter gigi. Transfer Zone adalah daerah tempat alat dan bahan dipertukarkan antara tangan dokter gigi dan tangan perawat gigi. Operator’s Zone sebagai tempat pergerakan dokter gigi. Static Zone adalah daerah tanpa pergerakan dokter gigi maupun perawat gigi serta tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan meja instrumen bergerak (Mobile Cabinet) yang berisi Instrumen Tangan serta peralatan yang dapat membuat takut pasien. Assistant’s Zone adalah zona tempat pergerakan perawat gigi, pada dental unit di sisi ini dilengkapi dengan semprotan air/angin dan penghisap ludah, serta Light Cure Unit pada Dental Unit yang lengkap.
Selain pergerakan yang terjadi di seputar Dental Unit, pergerakan lain yang perlu diperhatikan ketika membuat desain tata letak alat adalah pergerakan dokter gigi, pasien, dan perawat gigi di dalam ruangan maupun antar ruangan. Jarak antar peralatan serta dengan dinding bangunan perlu diperhitungkan untuk memberi ruang bagi pergerakan dokter gigi, perawat gigi, dan pasien ketika masuk atau keluar ruang perawatan, mengambil sesuatu dari Dental Cabinet, serta pergerakan untuk keperluan sterilisasi.
 



 














6.      Tata Letak Penempatan Alat
Ruang Periksa adalah ruang utama dalam praktek dokter gigi, tata letak peralatan dalam ruangan ini berorientasi memberi kemudahan dan kenyamanan bagi dokter gigi, perawat gigi, berserta pasiennya ket ika proses perawatan dilakukan. Ukuran minimal ruang perawatan untuk satu Dental Unit adalah 2,5 X 3,5 meter, dalam ruangan ini dapat dimasukan satu buah Dental Unit, Mobile Cabinet, serta dua buah Dental Stool. Unsur penunjang lain dapat turut dimasukan seperti audio-video atau televisi untuk hiburan pasien yang sedang dirawat. Perhatian pertama dalam mendesain penempatan peralatan adalah terhadap Dental Unit. Alat ini bukan kursi statis tetapi dapat direbahkan dan dinaik-turunkan. Pada saat posisi rebah panjang Dental Unit adalah sekitar 1,8-2 meter. Di belakang Dental Unit diperlukan ruang sebesar satu meter untuk Operator’s Zone dan Static Zone, oleh karena itu jarak ideal antara ujung bawah Dental Unit dengan dinding belakang atau Dental Cabinet yang diletakkan di belakang adalah 3 meter; sementara jarak antara ujung bawah Dental Unit dengan dinding depan minimal 0,5 meter. Dental Unit umumnya memiliki lebar 0,9 meter, bila Tray dalam kondisi terbuka keluar maka lebar keseluruhan umumnya 1,5 meter. Jarak dari tiap sisi minimal 0,8 meter untuk pergerakan di Operator’s Zone dan Asistant’s Zone. Mobile Cabinet sebagai tempat menyimpan bahan dan alat yang akan digunakan pada saat perawatan diletakan di Static Zone. Zona ini tidak akan terliha oleh pasien dan terletak dianatara Operator’s Zone dan Assistant Zone sehingga baik doktergigi maupun perawat gigi akan dengan mudah mengambil bahan maupun alat yang diperlukan dalam perawatan. Alat besar terakhir yang berada di Ruang Perawatan adalah Dental Cabinet sebagai tempat penyimpanan utama bahan maupun alat kedokteran gigi. Umumnya berbentuk buffet setengah badan seperti Kitchen Cabinet dengan ketebalan 0,6-0,8 meter. Bila hanya satu sisi, lemari ini ditempatkan di Static Zone, sedangkan bila berbentuk L, ditempatkan di Static Zone dan Assistant’s Zone. Keberadaan Dental Cabinet akan menambah luas ruangan yang diperlukan untuk menempatkannya.
 












KESIMPULAN

Cedera yang berulang sedag mengalami perkembangan dalam bidang kedokteran gigi. Banyak dokter gigi dan perawat gigi telah didiagnosa dengan WMSDs, dan mayoritas telah mengalami beberapa jenis nyeri otot di bahu dan leher, tangan dan pergelangan tangan, punggung bawah, atau lengan bawah dan siku.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang dampak kegiatan perawatan gigi pada pengembangan syaraf dan patologi otot, yang akan mencegah keterbatasan dokter gigi dan perawat gigi dalam penyediak\an kualitas pelayanan tertinggi yang dapat mengancam karir profesional mereka.

Sementara itu, semua dokter gigi dan perawat gigi harus menyadari pentingnya mengikuti prinsip-prinsip ergonomis yang tepat. Sehingga masalah ini dapat dihindari dengan meningkatkan kesadaran akan postur digunakan selama bekerja, mendesain ulang workstation untuk mendapatkan posisi netral, meneliti dampak penggunaan instrumen pada nyeri ekstremitas atas, dan mengikuti praktik kerja yang sehat untuk mengurangi stres perawatan gigi pada tubuh praktisi.



DAFTAR PUSTAKA



http://www.scribd.com/doc/47652793/bahan-tutorial-ayung.html

http://www.depkes.go.id/downloads/Ergonomi.PDF

http://www.alat-kedokteran-gigi.com/news/2/PENGEMBANGAN-DAN-PENERAPAN-PRINSIP-makna-dari ergonomis-KEDOKTERAN-GIGI.html

resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/Desain%20Tata%20Letak%20Penempatan% 20Alat%20Kedokteran%20Gigi.pdf

http://www.pinginpintar.com/sekilas-tentang-ergonomi.html

http://www.tmj.ro/article.php?art=9932424586124484

http://www.ada.org/prof/prac/wellness/ergonomics_paper.pdf

http://www.dentistrytoday.com/ergonomics/1112

http://www.optergo.com/­images/Ergonomic_req_april2007.pdf

http://www.ispub.com/journal/the-internet-journal-of-occupational-health/volume-1-number-1/ergonomics-in-dentistry-and-the-prevention-of-musculoskeletal-disorders-in-dentists.html

http://www.cda.org/Library/cda_member/pubs/journal/jour0202/ergonomic.html




                                                                            

1 komentar:

  1. sangat membantu untuk referensi, cuman gambarnya gk keliatan. terima kasih

    BalasHapus